“MASALAH MASYARAKAT
PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN”
A. Pengertian masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok
manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma adat yang sama-sama
di taati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan, norma-norma yang
mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan
mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri
kehidupan yang khas.
Masyarakat itu timbul dalam setiap
kumpulan individu, yang telah lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang
cukup lama.
B. Masyarakat perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut
juga Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada
sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan.
Perhatian masyarakat perkotaan tidak
terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi
mempunyai perhatian yang lebih luas lagi. Masyarakat perkotaan sudah memandang
kebutuhan hidup, artinya tidak hanya sekedarnya atau apa adanya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh pandangan warga kota sekitarnya. Misalnya dalam hal
menghidangkan makanan, yang di utamakan adalah bahwa makanan yang di hidangkan
tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya memiliki kedudukan sosial
yang tinggi. Demikian pula masalah pakaian masyarakat kota memandang pakaian
pun sebagai alat kebutuhan sosial. Bahkan pakaian yang di pakai merupakan
perwujudan dari kedudukan sosial si pemakai.
Sistem perekonomian kota tidak
terpusat pada satu jenis saja, melainkan sangat bervariasi. Di kota terdapat
berbagai macam sistem produksi, baik yang mengolah bahan mentah, barang
setengah jadi, maupun barang jadi. Industri dilakukan secara terus menerus dan
besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun dengan komputer.
Di kota besar terdapat banyak
perkerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua warga
kota dapat melakukannya. Misalnya : Arsitektur, Insinyur - mesin, sarjana
politik, pemegang buku dan sebagainya. Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa
pekerjaan di kota adalah pekerjaan hanya menekankan pada keahlian yang
tersepesialisasi dan pekerjaan otak saja. Tetapi ada juga pekerjaan-pekerjaan
yang menekankan kemampuan tenaga kasar saja. Misalnya : kuli bangunan, tukang
becak.
Mobilitas sosial di kota jauh lebih
besar dari pada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar
untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal.
Bagi masyarakat kota kepercayaan
kepada Tuhan YME (kehidupan magis religius) biasanya cukup terarah dan di
tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara keagamaan sudah berkurang,
demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini di sebabkan bahwa
msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada emosionalnya.
Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang
mereka miliki.
Mobilitas sosial di kota jauh lebih
besar dari pada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Dari uraian di atas maka dapatlah di
simpulkan secara singkat bahwa dari ciri-ciri masyarakat kota adalah sebagai
berikut :
1.
Heterogenitas sosial
Kota
merupakan metting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok
berusaha di atas kelompok lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk
memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain.
2.
Hubungan sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain)
3.
Toleransi sosial
Masyarakat kota tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya dan pribadi
sebab masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol
sosial pada masyarakat kota dapat di katakana lemah sekali dan non pribadi.
4.
Kontrol sekunder
Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara
pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat yang susah,
senang, jahad, dan lain sebagainya, anggota masyarakat yang lain tidak mau
mengerti.
5.
Mobilitas sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status,
tugas maupun tempat tinggal.
6.
Individual
Akhibat
hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota
menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka
rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat
yang lainsulit untuk di harapkan.
7.
Ikatan suka rela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi
tertentu yang mereka sukar. (kesenian, olahraga, politik) secara sukarela ia
menggabungkan diri menggabungkan dan berkorban.
8.
Segregasi kekurangan
Akibat dari
integritas sosial dan kompetisi ruang terjadi pola sosial, ras, dan kompetisi
ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama,
suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan temat
tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
C.
Masyarakat pedesaan
Yatu suatu masyarakat yang hidup
didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian
perikanan, perkebunan dan sebagainya
Hubungan sosial pada masyarakat desa
terjadi secara kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu
dengan yang lainmengenal secara rapat, menghayati secara mendasar.
Pertemuan-pertemuan dan kerja sama untuk kepentingan individu. Segala kehidupan
sehari-hari diwarnai dengan gotong royong. Misalnya : mendirikan rumah,
mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat orang meninggal.
Masyarakat depesaan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
Ø Masyarakat
pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan hubungan mereka dengan masyarakat lainnya di luar
batas-batas wilayahnya.
Ø Sistem
kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar sistem kekeluargaan
Ø Sebagian
besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian dan pekerjaan-pekerjaan
yang bukan agraris hanya bersifat pedesaan bersifat waktu luang.
Masyarakat desa
pada umumnya dapat disimpulakan sebagai berikut :
1) Homoginitas Sosial
Bahwa masyarakat desa pada umumnyaerdiri dari suatu beberapahomogen.
Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang
2) Hubungan Promer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan
secara akrab, semua kegiatan dilakukan secara musyawarah. Mulai masalah-masalah
umum/ masalah bersama sampai dengan masalah pribadi.
3) Kontrol Sosial yang Ketat
Diatas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat
pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya
saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota yang lain.
4) Gotong Royong
Nilai-nilai gotong royongpada masyarakat pedesaan
tumbuh dengan suburdan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara
gotong royong aik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal
balik.
5) Ikatan Sosial
Setiap anggota masyarakat desa kiikat dengan
nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi
norma dankaidah yang sudah disepakati akandi hokum dan dikeluarkan dari ikatan
sosial dengan cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota
harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan.
6) Magis Religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat
desa sangat mendalam bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari mereka di
dahulukan berdoa kepadanya.
7) Pola Kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris,
baik pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap
anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja.
D. Urabnisasi
Urbanisasi adalah proses perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi hamper terjadi di seluruh dunia, baik
pada Negara-negara maju maupun Negara berkembang, baik dalam jumlah kadar
tinggi maupun rendah. Dengan terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota
yang cukup tinggi, sedang perpindahan penduduk kota ke desa yang relative
rendah, maka mengakibatkan jumlah penduduk kota sangat padat.
SUMBER PUSTAKA
1. saiedbelajarngeblog.blogspot.com/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar